Cerita (hampir) Hamil dan Insecure (part 1)
source: klikdokter.com
"Ya Tuhanku berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik,
sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a"
-QS. Ali Imraan : 38-
Bismillah.
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Beberapa waktu lalu menerima pesan di whatsapp grup teman SMP. Beritanya mendadak. Isinya mengabarkan salah satu teman sedang dioperasi karena hamil ektopik. Setelah mengirim pesan dan doa semoga teman segera pulih, saat itu juga mengingat pengalaman yang sama dua tahun lalu. 2018. Saya jadi ingin berbagi cerita disini.
...
Agustus 2018. Saat itu suami saya mendapat kesempatan pelatihan di Korea Selatan kurang lebih 2 pekan, karena itu saya memutuskan mengajak ibu jalan-jalan singkat ke Singapura. Ketika berangkat ke Singapore, saya dalam kondisi sedang menstruasi namun sudah memasuki hari ke 10 atau 11. Tidak biasanya, karena biasanya paling lama 8 hari.
Satu hari, saat saya sedang berjalan-jalan keliling kota, literally jalan kaki, tiba-tiba panggul saya sampai betis kanan saya sakit sekali. Benar-benar sakit sampai saya tidak kuat untuk berjalan. Saya pikir mungkin saya kecapaian. Akhirnya saya dan Ibu memutuskan untuk mampir duduk sebentar di mall. Sambil ibu memijat-mijat kaki saya. Tidak bisa saya jelaskan seperti apa rasa sakitnya. Setiap saya jalan, betis, (maaf) sekitar pantat, panggul, dan perut terasa sakit sekali. Kurang lebih 20 menit kami duduk, setelah dipijat-pijat oleh Ibu rasanya mendingan. Saya sudah bisa berjalan walau tertatih.
Keesokan harinya, rasa sakit itu muncul lagi. Ketika itu, kami sedang makan McDonalds di Rain Forest. Saya pikir karena saya makan sambal banyak sekali jadi perut saya sakit. Rasa sakit yang begitu mengganggu, karena tidak bisa duduk dengan nyaman.
...
Ketika kembali ke Indonesia, kondisi perut saya rasanya tidak nyaman sekali. Setelah dari Singapore, saya mendapat tugas dinas luar ke Nganjuk. Saat itu saya masih terus mengeluarkan darah yang saya pikir masih darah haid. Di Nganjuk, saya lagi-lagi kesakitan semalaman. Makan pun tidak selera karena rasa sakit. Saya menangis saking sakitnya. Suami sudah berpikir untuk mengantar saya ke rumah sakit di Surabaya kalau kondisi saya tidak membaik. Tapi setelah minum air putih hangat. Kondisi saya agak mendingan.
...
Pulang ke Jakarta, akhirnya saya memutuskan ke dokter. Saat itu dokter mengatakan bahwa kemungkinan gangguan hormon. Dokter memberi saya obat untuk menghentikan pendarahan untuk 5 hari. Sempat berhenti sehari, namun belum sampai 5 hari, saya pendarahan lagi. Saya pikir mungkin memang begitu. Rasa sakitnya juga tidak muncul-muncul lagi. Saat itu sudah bulan September dan saya masih pendarahan sampai jadwal saya haid lagi dan sampai jadwal haid saya harusnya berakhir di bulan September namun saya masih pendarahan. Tidak banyak dan memang tidak setiap hari.
...
Masuk pekan ketiga bulan September, saya tugas dinas ke Bali, dan rasa sakit itu muncul lagi. Sakit sekali sampai saya tidak bisa duduk dengan baik. Saya mencoba rebahan namun tidak nyaman juga. Sakit sekali. Berkali-kali saya bolak-balik ke kamar mandi karena rasanya ingin BAB tapi tidak ada. Sementara saya masih harus bekerja walaupun sudah jam 10 malam lewat.
Saat tidurpun tidak nyenyeak karena kesakitan. Berkali-kali saya bergerak miring kiri, miring kanan, mencari posisi nyaman untuk tidur namun sulit sekali untuk tidur. Tidak tahu pukul berapa sampai akhirnya saya bisa tidur.
...
Pulang dari Bali, saya memeriksakan diri ke dokter lagi dan menceritakan semuanya yang saya rasakan. Setelah dilihat USG, dokter menduga bahwa ini adalah kehamilan ektopik. Dokter menganjurkan terlebih dulu rontgen perut untuk melihat apakah ada indikasi lain seperti usus buntu atau masalah ginjal, dll. Ternyata hasil dari rontgen perut pun menyarankan untuk kembali ke dokter obgyn.
Balik ke dokter obgyn akhirnya beliau menganjurkan untuk operasi laparoskopi hari itu juga. Saat itu hari Kamis pagi. Namun, karena saya ada kegiatan kantor hari Kamis itu dan saya berencana pulang ke Makassar di hari Jumat-Ahad untuk menghadiri lamaran adik sepupu saya, juga saya merasa bahwa kondisi saya saat itu baik-baik saja, maka saya menawar ke dokter operasi di hari Senin saja dan dokter pun membolehkan.
...
Jumat siang di salah satu hotel tempat kegiatan kantor berlangsung, perut saya mulai sakit lagi. Saya mulai gelisah karena menahan kesakitan juga gelisah karena mengejar jadwal pesawat sementara masih harus menyelesaikan pekerjaan. Alhamdulillah sorenya pekerjaan saya sudah selesai, namun saya makin kesakitan, saya mulai gamang dan bertanya pada suami apa jadi berangkat ke Makassar apa tidak. Saya izin pamit ke rekan-rekan kantor. Semuanya mengira bahwa saya jadi ke Makassar, namun kami akhirnya memutuskan batal berangkat dan saya di kamar untuk rebahan. Saya menangis dan menggeliat di tempat tidur saking sakitnya. Rasanya lapar tapi tidak ada nafsu untuk makan sama sekali.
Sakitnya tidak berhenti. Pukul 10 malam akhirnya suami memutuskan membawa saya ke rumah sakit tempat saya biasanya diperiksa. Masuk UGD dan setelah menunggu kabar dari dokter diputuskan bahwa Sabtu sore saya akan dioperasi laparoskopi.
...
Saya boleh pulang setelah 4 hari dirawat inap. Dijadwalkan untuk kontrol sepekan kemudian. Saat kontrol itu dokter menjelaskan bahwa saya hamil ektopik. Dokter menjelaskan bahwa sel telur yang telah dibuahi yang seharusnya masuk menempel di rahim justru tersangkut di saluran tuba falopi. Ibarat jalanan tuba falopi saya seperti jalanan yang lobang-lobang, tidak mulus, akhirnya sel telur tersangkut dan membesar di tuba falopi. Sementara tuba falopi bukan organ yang bisa membesar elastis seperti rahim, yang menyebabkan akhirnya tuba falopi pecah dan terjadi pendarahan.
Kasus pecahnya tuba falopi saya tidak mengakibatkan pendarahan yang langsung banyak, makanya pendarahan saya tidak terjadi setiap hari. Namun kondisi hamil ektopik saya yang sepertinya berlangsung lama sehingga membuat peradangan organ di sekitarnya. Usus buntu saya meradang akibat dari pecahnya tuba falopi saya.
Dokter pun menceritakan kondisi saat operasi. Awalnya saya hanya dioperasi laparoskopi, dengan membuat 3 lubang di perut untuk mengeluarkan darah, memotong saluran tuba, dll. Namun melihat kondisi usus buntu saya yang meradang, di tengah operasi, dokter obgyn konsultasi dengan internist dan diputuskan bahwa usus buntunya juga harus dioperasi. It means, operasinya jadi laparotomi. It means lagi, bekas operasi myom saya dibuka lagi. Dokter meminta izin suami saya untuk membuka lagi bekas operasi myom saya untuk melakukan operasi usus buntu.
...
Cerita sedikit tentang suami saya saat dimintai izin untuk melakukan tindakan laparotomi, saya mendapat cerita dari kakak ipar, setelah suami keluar dari ruangan operasi, suami saya katanya menangis. 😰😅
Setelah saya tanyakan ke suami kenapa menangis, "karena saya lihat perut kamu dibuka, kondisinya begitu, gak sadar, kepikiran ini orang bangun lagi gak nanti". Mendengar itu saya antara sedih tapi juga merasa lucu.
...
Itulah yang membuat saya insecure dan merasa bersalah. Semuanya Qadarullah dan saya harusnya menerima itu. Tapi sebagai manusia sulit sekali mengatur pikiran-pikiran negatif terhadap diri sendiri.
Cerita ini saya sambung di part berikutnya yaaa..
Ù…َآ Ø£َصَابَ Ù…ِÙ† Ù…ُّصِيبَØ©ٍ Ø¥ِÙ„َّا بِØ¥ِØ°ْÙ†ِ ٱللَّÙ‡ِ ۗ ÙˆَÙ…َÙ† ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ۢ بِٱللَّÙ‡ِ ÙŠَÙ‡ْدِ Ù‚َÙ„ْبَÙ‡ُÛ¥ ۚ ÙˆَٱللَّÙ‡ُ بِÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ عَÙ„ِيمٌ
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
-QS. At-Taghabun : 11-
Comments
Post a Comment